Cinta Alam Abadi Dan Zuhud


 

Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia

iqro3.blogspot.com -

عن زيد بن ثابت رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ


Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan khususnya maka Allah akan langgar domba urusannya dan mengakibatkan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapat (harta benda) duniawi melampaui dari apa yang Allah menetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) alam abadi niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, mengakibatkan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi tiba kepadanya dalam kondisi rendah (tidak bernilai dihadapannya)“[HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani.]


Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:


1- Hadits yang mulia ini mengobrol keunggulan cinta terhadap alam abadi dan zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan bahaya besar bagi orang yang terlalu berambisi memburu harta benda duniawi

2- Orang yang cinta terhadap alam abadi akan menemukan rezki yang sudah Allah menetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berlawanan dengan orang yang terlalu berambisi memburu dunia, dia akan memperolehnya dengan sulit payah lahir dan batin

3- Salah seorang ulama salaf berkata, “Barangsiapa yang menyayangi dunia (secara berlebihan) maka hendaknya dia merencanakan dirinya untuk menanggung aneka macam macam petaka (penderitaan)“.

4- Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Orang yang menyayangi dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang senantiasa menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. 

5- Kekayaan yang hakiki merupakan kekakayaan dalam hati/jiwa. Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, namun kekayaan (yang hakiki) merupakan kekayaan (dalam) jiwa“.

6- Kebahagiaan hidup dan keberuntungan di dunia dan alam abadi hanyalah bagi orang yang cinta terhadap Allah dan hari akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh sungguh mujur seorang yang masuk Islam, kemudian mendapat rizki yang seperlunya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah Ta’ala berikan kepadanya”.

7- Sifat yang mulia ini dimiliki dengan tepat oleh para sobat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan inilah yang mengakibatkan mereka lebih utama dan mulia di segi Allah Ta’ala dibandingkan generasi yang  tiba sehabis mereka. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian lebih banyak berpuasa, (mengerjakan) shalat, dan lebih rajin (dalam beribadah) dibandingkan para sobat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun mereka lebih baik (lebih utama di segi Allah Ta’ala) ketimbang kalian”. Ada yang bertanya: Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman? Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan lebih cinta terhadap akhirat


Tema hadits yang berhubungan dengan Al-qur'an :


- Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya n mencela perilaku tamak terhadap dunia. Bahkan, Allâh Azza wa Jalla sungguh merendahkan kedudukan dunia dalam banyak ayat-ayat al-Qur-an. Allâh Azza wa Jalla berfirman bahwa kehidupan dunia merupakan kehidupan yang membohongi :


وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ


Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” [Ali ‘Imrân/3:185]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :


اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ


Ketahuilah, bahwa bekerjsama kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sebuah yang melalaikan, pemanis dan bermegah-megah antara kau serta berbangga-bangga ihwal banyaknya harta dan anak, menyerupai hujan yang tanam-tanamannya fantastis para petani; kemudian tumbuhan itu menjadi kering dan kau lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di alam abadi (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allâh serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Al-Hadîd/57:20]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Add your comment