Hakikat Iman


iqro3.blogspot.com - Sekedar mengaku beriman tidaklah berat, yang berat merupakan membuktikan keimanan tersebut. Kedangkalan pengertian mengenai hakikat kepercayaan terkadang menghasilkan seseorang salah dalam membuktikan keimanannya, bahkan diantara mereka justru melaksanakan hal-hal yang berbeda dengan tuntunan keimanan itu sendiri, padahal kepercayaan memiliki 2 segi yang tidak dapat dipisahkan; segi lahir dan segi bathin dan setiap kita dituntut untuk menegakan keduanya, siapa pun yang cuma menegakan salah satu segi tersebut bermakna keimanannya belum utuh, malahan tidak bermanfaat. 


HAKIKAT IMAN

Iman memiliki 2 segi : Sisi Lahiriyah dan Sisi Bathiniyah, Sisi Lahiriyah kepercayaan merupakan ucapan verbal dan perbuatan anggota badan, sedangkan Sisi Bathiniyah kepercayaan merupakan pembenaran hati kepatuhan dan kecintaannya.

Sisi Lahiriyah kepercayaan tidak akan berharga tanpa Sisi Bathiniyahnya, walaupun dengan adanya Sisi Lahiriyah ini darah seseorang sanggup terpelihara, serta harta dan keluarganya terlindungi, begitu pula Sisi Bathiniyah iman, ia pun tidak cukup tanpa Sisi Lahiriyahnya, kecuali jikalau Sisi Lahiriyah ini tidak sanggup dilaksanakannya karna ketidak mampuannya, atau karna lantaran paksaan untuk tidak melakukannya, atau lantaran takut binasa jikalau melakukannya.

Maka dari itu, meninggalkan ibadah lahiriyah tanpa adanya argumentasi syar’i menandakan rusaknya bathin dan kehampaan pelakunya dari iman, berkurangnya amal lahiriyah tersebut menandakan berkurangnya iman, sebaliknya kuatnya perbuatan lahiriyah itu menandakan kuatnya kepercayaan seseorang.

Jadi kepercayaan merupakan esensi islam dan substansinya, maka atas dasar inilah setiap wawasan dan perbuatan yang tidak memperkokoh keimanan dan kepercayaan bermakna terdapat kesalahan/kekeliruan didalam wawasan dan perbuatan tersebut.

Dan setiap keimanan yang tidak mendorong untuk melaksanakan amal perbuatan menandakan ada yang tidak beres dalam keimanan tersebut.[1]






[1] Ibnu Qoyyim Aljauzi, Kitab Fawaidul Fawaid, Pustaka Imam Syafi’i, Cet Ke 2, Hal 411

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Add your comment