Pada suatu hari...sekelompok kelinci sedang asik berkumpul sambil membahas hal-hal yang sedang mereka bicarakan, tiba-tiba dari balik semak-semak terdengar bunyi yang aneh sehingga menghasilkan para kelinci-kelinci itu lari berhamburan dan bersembunyi di sarangnya masing-masing.
Dongeng Kelinci Yang Penakut Dan Kodok
Pada suatu hari...sekelompok kelinci sedang asik berkumpul sambil membahas hal-hal yang sedang mereka bicarakan, tiba-tiba dari balik semak-semak terdengar bunyi yang aneh sehingga menghasilkan para kelinci-kelinci itu lari berhamburan dan bersembunyi di sarangnya masing-masing.
Hadits Pentingnya Mengenal Keburukan
Pentingnya Mengenal Keburukan
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَان رضي اللَّه عنهِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Dari Hudaifah bin Al Yaman mudah-mudahan Allah meridhoinya berkata; "Orang-orang mengajukan pertanyaan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai perkara-perkara kebaikan sedangkan saya mengajukan pertanyaan terhadap ia mengenai kejelekan sebab saya takut akan menimpaku. Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, dulu kami berada pada masa jahiliyyah dan kejelekan kemudian Allah menghadirkan kebaikan ini terhadap kami, apakah setelah kebaikan ini akan tiba keburukan?". Beliau menjawab: "Ya". Aku mengajukan pertanyaan lagi; "Apakah setelah kejelekan itu akan tiba lagi kebaikan?". Beliau menjawab: "Ya, akan namun di dalamnya ada "dukhn" (kotorannya) ". Aku mengajukan pertanyaan lagi; "Apa kotorannya itu?". Beliau menjawab: "Yaitu sebuah kaum yang memimpin tanpa mengikuti petunjukku, kau mengenalnya namun sekaligus kau ingkari". Aku kembali bertanya; "Apakah setelah kebaikan (yang ada kotorannya itu) akan muncul lagi keburukan?". Beliau menjawab: "Ya, merupakan para penyeru yang mengajak ke pintu jahannam. Siapa yang menyanggupi undangan mereka maka akan dilemparkan kedalamnya". Aku kembali bertanya; "Wahai Rasulullah, berikan sifat-sifat (ciri-ciri) mereka terhadap kami?". Beliau menjelaskan: "Mereka itu berasal dari kulit-kulit kalian dan mengatakan dengan bahasa kalian". Aku katakan; "Apa yang baginda perintahkan kepadaku bila saya menemui (zaman) kejelekan itu?". Beliau menjawab: "Kamu tetap berpegang (bergabung) terhadap jama'atul miuslimin dan pemimpin mereka". Aku kembali berkata; "Jika di saat itu tidak ada jama'atul muslimin dan juga tidak ada pemimpin (Islam)?". Beliau menjawab: "Kamu lewati seluruh firqah (kelompok/golongan) sekalipun kau mesti mengkonsumsi akar pohon sampai janjkematian menjemputmu dan kau tetap berada di dalam kondisi itu (berpegang terhadap kebenaran) ".(HR Bukhori dan Muslim).
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:
1- Sebagaimana seorang muslim dituntut untuk mengenali banyak sekali macam kebaikan agar sanggup mengamalkannya, begitu juga selayaknya bagi dia untuk mengenali pelbagai macam kejelekan agar bisa menghindarinya. Jika dicermati sejenak, betapa banyak kitab-kitab ulama terdahulu yang mengupas duduk kendala dosa-dosa besar. Hal itu berniat untuk memperingatkan umat agar tidak terjerumus ke dalamnya.
2- Teladan mengenai makrifat (terhadap keburukan) dengan tujuan menjauh darinya ini terambil dari sejarah perjalanan para shahabat Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– yang tertarbiyah dalam naungan wahyu dan berperikehidupan pada masa turun wahyu; (makrifat menyerupai ini) sebagaimana dibilang oleh shahabat mulia Hudzaifah bin al-Yaman –radhiyallahu ‘anhu:
“Dulu orang-orang selalu mengajukan pertanyaan terhadap Rasulullah mengenai kebaikan, sementara saya mengajukan pertanyaan terhadap ia mengenai kejelekan sebab saya takut terjerumus ke dalam kejelekan itu.” (Muttafaq ‘alaihi)
3- Terlebih lagi kendala kesesatan dan kebatilan, yang merupakan kezaliman terbesar, yang dapat menyeret insan menjadi materi bakar api neraka selama-lamanya. Sudah sepantasnyalah kita mengetahui hakikat kesesatan dan kebatilan itu sendiri. Karena siapa yang tidak mengetahuinya, dikhawatirkan akan terperosok di dalamnya tanpa disadarinya.
Sebagaimana yang dibilang oleh penyair Arab, Abu Faras al-Hamdani,
عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّر … رِ لَكِنْ لِتَوَقِّيهِ
وَمَنْ لَا يَعْرِفِ الشَّرَّ … مِنَ النَّاسِ يَقَعْ فيهِ!
“Aku mengenali kejelekan bukan untuk berbuat keburukan…
Akan namun agar bisa terhindar darinya…
Karena barang siapa dari insan yang tidak mengenali keburukan..
Suatu di saat akan terjerumus ke dalamnya!”
Tema hadist yang berhubungan dengan Al qur'an :
- Maka sebagaimana tauhid tidak akan dipahami kecuali dengan menjauhi lawannya, merupakan syirik, dan doktrin tidak akan terwujud kecuali dengan menjauhi hal yang menyelisihinya, merupakan kekufuran, demikian juga halnya dengan kebenaran, tidaklah kebenaran akan termurnikan kecuali dengan mengetahui secara cermat kesalahan. Persis menyerupai itu juga halnya dengan (pengetahuan akan) Sunnah. Tidaklah akan higienis pengertian terhadap Sunnah, tidak pula akan terang alamat-alamatnya kecuali (jika disertai) dengan makrifat terhadap lawannya, merupakan bid’ah.
Bahkan gotong royong makrifat terhadap perkara-perkara beserta lawan-lawan dari perkara-perkara itu memang bersumber dari nilai-nilai Qurani yang agung sebagaimana firman Allah yang Maha Mulia:
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Karena itu barang siapa yang ingkar terhadap thaghut dan beriman terhadap Allah, maka gotong royong dia sudah berpegang terhadap buhul tali yang amat memiliki pengaruh yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 256)
Dongeng Anak | Kisah Si Kancil Dan Gigi Macan
Si kancil kadang pergi dari pagi hingga petang. Seperti hari umumnya beliau berlangsung menikmati hutan yang rindam dan sejuk, tanpa terasa hari telah mulai sore itu tandanya bagi si Kancil dirinya mesti secepatnya pulang kerumah. Kancil berlari-lari kecil kearah rumahnya, sesekali dirinya berhenti untuk mengkonsumsi daun-daun hijau yang ia temui.
Hadits Orang Paling Mulia Di Segi Allah
عن جابرُ بنُ عبدِ اللهِ رضِيَ اللهُ عنهما أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ خَطَبَ أصحابَه في حَجَّةِ الْوَداعِ في أوْسَطِ أيَّامِ التَّشْريقِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى، أَبَلَّغْتُ ؟ قَالُوا: بَلَّغَ رَسُولُ اللَّه
Dari Jabir bin Abdullah mudah-mudahan Allah meridhai keduanya, sebetulnya nabi shallallahu alaihi wa sallam berkhutbah dihadapan hadirin haji wada' diwaktu hari tasyriq:
“Wahai umat manusia, camkan bahwa Tuhan kalian merupakan satu, dan nenek moyang kalian juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa Arab atas bangsa non-Arab, juga bangsa non-Arab atas bangsa Arab; bangsa berkulit putih atas bangsa kulit hitam, juga bangsa kulit gelap atas bangsa kulit putih, kecuali alasannya merupakan ketakwaannya. Apakah saya sudah menyampaikan?” Mereka [para sahabat] menjawab, “Rasulullah saw. sudah menyampaikan.” (HR Ahmad).
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:
1- Ini merupakan penegasan Nabi saw. di saat khutbah Haji Wada’. Dengan tegas Nabi saw. menyatakan bahwa identitas ketakwaan atau Islam itulah satu-satunya identitas yang ada; sementara identitas kesukuan, etnis dan bangsa seluruhnya sudah dilebur dalam identitas keislaman. Karena itu meski suku, etnis dan bangsa tertentu jumlahnya banyak, itu tidak menyeleksi kedudukannya di dalam Islam. Yang menyeleksi merupakan mutu ketakwaan atau keislamannya.
2- Dengan demikian faktor dan faktor kesukuan, etnis dan bangsa yang menjadi penyebab lahirnya kalangan lebih banyak didominasi dan minoritas terang sudah dihapus oleh Islam. Sebabnya, siapapun sama kedudukannya di dalam Islam. Inilah yang juga ditunjukkan oleh Nabi saw. di saat dia mengangkat Muhammad bin Maslamah untuk menjadi pimpinan sementara di Madinah, selama Nabi saw. tidak berada di kawasan di saat berperang. Padahal Muhammad bin Maslamah bukan dari suku Quraisy. Begitu juga Abu Bakar yang dari suku Quraisy menjadi Khalifah, mengambil alih Nabi saw., meski suku Quraisy di Madinah merupakan suku minoritas alasannya merupakan yang menjadi pertimbangan bukan faktor kesukuan, tetapi keislaman, kompetensi dan ketaqwaannya.
3- Rasulullah SAW. tiba salah satunya juga dalam rangka meniadakan dan menenggelamkan superioritas suku dan kaum tertentu. Bagaimana tidak? hal ini terlihat dari fakta historis yang mengungkap bahwa faktor kesukuan pada masa itu masih sungguh kental.
4- Juga islam tiba salah satu juga dalam rangka meniadakan adanya perbudakan dan penjajahan. Bagaimana tidak? hal ini terlihat dari fakta ajarannya dan perjalanan sejarah membuktikan, diantara selaku cirihas ajaranya yaitu: Al insan wal musawah(persamaan harkat dan martabat). Karomatul insan(memuliakan kehidupan manusia), kemerdekaan yang bertanggung jawab. Al wahdah wal ukhuwah(persatuan dan persaudaraan). Fakta sejarah, dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur perbudakan lenyap dari negeri-negeri islam. Dan didalam sejarah, islam dan umatnya tidak pernah menjadi penjajah.
Tema hadist yang berhubungan dengan Al qur'an :
- Standar kemuliaan di segi Allah merupakan ketakwaan. Semakin tinggi tingkat takwa seseorang maka makin mulia pula dirinya di hadapan Allah. Merupakan hal yang disepakati dalam syariat bahwa yang membedakan antara seseorang dengan yang yang lain merupakan ketakwaan.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya, “Wahai sekalian manusia, sebetulnya Kami (Allah) bikin kalian dari seorang pria dan seorang wanita dan kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa mudah-mudahan kalian saling mengenali. Sesungguhnya yang paling mulia di segi Allah merupakan yang paling takwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.” (QS Al-Hujurat : 13)